Mengekspresikan Bakat Anak dengan Membuat Konten Kreatif

Tanggal : 13 Nov 2023

Ditulis oleh : DHINI NUR HIKMAHWATI

Disukai oleh : 0 Orang

Setiap anak memiliki minat dan bakat yang unik dan berbeda. Apalagi jaman sekarang banyak cara dilakukan untuk mengekspresikan bakat yang diminati. Dalam hal ini orang tua berkewajiban  untuk memfasilitasi anak dalam mengespresikan diri. Tak jarang kita melihat banyak fenomena orang tua memaksakan kehendaknya terhadap bakat anak.  Sikap orang tua yang kaku dan acuh pada kecenderungan bakat anaknya, bahkan memaksakan kehendak yang bertolak belakang dengan keinginan anak, tentunya akan memberikan dampak kurang baik.

Sebenarnya orang tua mempunyai hak proteksi terhadap anak. Orang tua berhak membuat keputusan terbaik untuk mensejahterakan anak, dengan memberi batasan aturan pada anak. Tentunya hal ini orang tua akan memastikan anaknya mendapatkan perlindungan, sehingga mereka cenderung mengawasi dengan ketat prilaku anak. Perilaku overprotective ini sering disebut juga dengan Helicopter Parenting.

Perilaku tersebut tentunya tidak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan, seperti menghambat prestasi anak juga menyulitkan anak untuk kreatif mengekspresikan diri. Padahal di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Pasal 11) yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. (Sari, 2023). Pasal ini sudah sangat jelas mengatur bagaimana orang tua bertindak pada anak.

Apalagi masa ini, anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berselancar di sosial media mulai dari instagram, youtube, dan tik-tok. Alasanya pun beragam, anak menonton media sosial untuk mencari video edukasi hingga banyak juga hanya mencari hiburan semata. Hal tersebut tentu memunculkan presepsi dan ide anak untuk menjadi seorang conten creator. Menurut survai pekerjaan impian anak-anak yang dikutip oleh makin cakap digital, persentase anak memilki cita-cita sebagai vlogger atau konten kreator sebanyak 29%. Sedangkan sisanya menjadi guru 26%, atlet 23%, musisi 19%, dan astronot 11%. Menurut pendapat anak, menjadi konten kreator supaya terkenal, potensi penghasilan besar, dan ingin menjadi bos tanpa berkerja yang terikat aturan.

Adanya konten kreatif, anak dapat bebas berekspresi, melatih keberanian, serta mengeksplor kemampuan kognitifnya. Banyak ide anak yang dapat dituangkan dalam konten kreatif baik berupa vlog, tutorial, dan seni. Seorang anak yang lihai berkomunikasi dapat membuat vlog cerita seperti daily vlog. Anak juga dapat membuat tutorial dan tips untuk membuat atau melakukan sesuatu. Bagi anak yang berbakat dalam seni, dapat mengembangkan soft skill yang dimiliki dengan berakting, melukis, menari, juga menyanyi yang kemudian disalurkan dengan platfrom online. Anak berbakat menyanyi dapat mencontoh para musisi dalam membuat konten kreatif melalui lagu yang diciptakan dan kemudian dimodifikasi

Membuat konten kreatif yang menarik, sebelumnya anak dilatih dan diberikan pengetahuan dasar menjadi seorang konten kreatif. Namun perlu disadari membuat konten kreatif anak, memiliki tantangan dan peluang tersendiri. Oleh karena itu, sangat penting adanya peran orang tua yang senantiasa mendampingi anak. Dalam pembuatan konten kreatif, orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya, sebaliknya konten kreatif menjadi salah satu aktivitas bermain anak. Selain itu anak juga perlu bimbingan dalam membuat konten kreatif. Orang tua bisa memberikan ide konten yang dibuat anak, sehingga anak lebih mudah mengeksplor bakat yang dimilki. Orang tua juga harus dituntut kreatif dengan membantu memvideokan, mengedit, dan mempublikasi konten anak.

Perlu diingat konten kreatif tak lepas dari komentar netizen baik yang mendukung bahkan dikategorikan dengan cyberbullying. Cyberbullying adalah suatu tindakan membully di media sosial atau dunia maya dengan mengucilkan dan melukai perasaan. Disaat itu dukungan moral orang tua penting untuk membangkitkan percaya diri anak dan menjadikan anak berbesar hati dalam menyikapi nyinyir netizen. Orang tua juga harus ekstra dalam proteksi anak, akan berbagai ancaman gelap nya media sosial. Hal ini karena media sosial tidaklah aman untuk dijadikan bukan platfrom aman anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua yang bijak, senantiasa mendukung bakat dan minat anak. Dengan itu bakat anak tersalurkan sesuai dengan semestinya. Salah satunya dengan membuat konten kreator anak yang menjadi platfrom dalam mengekspresikan bakat anak.




POST TERKAIT

POST TEBARU