Pengaruh KPOP terhadap kesehatan mental remaja

Tanggal : 02 Nov 2021

Ditulis oleh : APRILIA FITRI KOMALASARI

Disukai oleh : 0 Orang

Musik KPOP sudah bukan hal yang baru lagi di Indonesia. KPOP atau Korean Pop berasal dari industri musik Korea Selatan yang identik dengan musik yang up-beat disertai dengan tarian atau dance yang energik. KPOP adalah penggabungan antara pop culture yang ditambahkan lirik dengan Bahasa Korea sehingga menjadi satu genre musik baru yakni KPOP. KPOP biasanya dibawakan oleh KPOP Idol yang beranggotakan 4 sampai 21 orang member. Adapun penggemar KPOP biasa disebut Kpopers
Nama BTS, EXO, NCT, Blackpink, Twice, Red Velvet, TXT, ENHYPEN dan masih banyak lagi, nama-nama KPOP Idol tersebut sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Baru-baru ini BTS menempati posisi pertama sebagai KPOP Idol yang memiliki popularitas tertinggi dan memiliki fans terbesar atau terbanyak, grup KPOP Idol tersebut beranggotakan 7 orang member yang diketuai oleh Kim Namjoon atau biasa disebut RM. Member BTS diantaranya adalah Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook. Nama fandom atau penggemar BTS adalah ARMY.
Adanya KPOP dan KPOP Idol ternyata berpengaruh besar terhadap mental remaja yang mendengarkan atau mengidolakan artis KPOP tersebut. Tayangan KPOP di Youtube dengan total 9,9% diduduki oleh Indonesia dengan posisi ke dua. Pada tahun 2020 laporan resmi #KPOPTwitter menyebut negara nomor satu yang banyak mencuit tentang KPOP adalah Indonesia, posisi selanjutnya ditempati oleh Thailand, Korea Selatan, Filipina, dan Amerika Serikat. Beberapa bulan lalu kepopuleran KPOP Idol yaitu BTS dibuktikan dengan animo penggemar saat BTS Meal diluncurkan. 
Data survei global health data exchange 2017, ada 27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah kejiwaan. Yang artinya, satu dari sepuluh orang di Indonesia mengidap penyakit gangguan kesehatan jiwa atau mental health. Kemudian, pada 2018 terdapat sebanyak 9,8 persen prevalensi gangguan mental atau kejiwaan dengan gejala depresi dan kecemasan pada remaja yang berusia lebih dari 15 tahun. Tingkat depresi pada remaja sangat tinggi, ditambah lagi atau diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Data terbaru dari UNICEF menunjukkan bahwa, secara global, setidaknya 1 dari 7 anak mengalami dampak karantina, sementara itu 1,6 miliar anak terdampak oleh terhentinya proses belajar mengajar.
Covid-19 memasuki tahun ketiga, kesehatan mental anak-anak dan remaja semakin memburuk. Dan untuk mengatasi kesehatan mental tersebut sebagian remaja mendengarkan musik KPOP, yang secara tidak langsung mengobati depresi mereka. Bahkan, KPOP Idol termasuk BTS memberikan semangat kepada para remaja yang terpapar dan tidak terpapar Covid-19 melalui lagu mereka yaitu Permission To Dance.
Dengan lagu Permission to Dance mengajak setiap orang untuk terus semangat, optimistis, dan tidak pantang menyerah di tengah pandemi Covid-19 yang kini masih melanda sebagian besar dunia. Member BTS seakan mengajak seluruh pendengar untuk menghilangkan rasa cemas, gundah dengan menari, karena setiap orang tidak perlu izin untuk menari. Tidak hanya pada lirik yang mempunyai makna yang dalam tapi koreografi mereka menggabungkan gerakan dance dengan bahasa isyarat, kurang lebih ada tiga bahasa isyarat internasional yaitu bahagia, damai, dan menari. 
Ketika VLIVE para member BTS memberikan pesan atau semangat kepada para penggemarnya yang mengeluh dengan keadaan pandemi Covid-19. Sebagai contoh Park Jimin yang berkata “Ketahuilah bahwa rasa sakit itu akan berlalu. Dan jika itu terjadi, kamu akan menjadi lebih kuat”, Min Yoongi juga berkata “Hidup itu sulit, dan segala sesuatunya tidak selalu berjalan dengan baik, tetapi kita harus berani dan melanjutkan hidup kita”. Dari berbagai uraian tersebut, secara tidak langsung BTS telah mengobati depresi remaja pada pandemi ini. 

Link koran : http://m.harianmomentum.com/tag/koran




POST TERKAIT

POST TEBARU