Toxic Femininity; Tali Jerat Bagi Kaum Perempuan
Tanggal : 29 Mar 2022
Ditulis oleh : CHYNDI NADHEA PUSPARENI
Disukai oleh : 0 Orang
Sejak dulu hingga sekarang, perempuan diidentikkan dengan seseorang yang lemah lembut, bisa memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Muncul anggapan bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya akan kembali ke dapur, membuat sebagian besar masyarakat abai atas fakta bahwa emansipasi telah lama dijunjung tinggi di negara ini. Segala hal tentang perempuan telah diikat dengan pandangan bahwa perempuan harus feminin, lembut, dan cenderung patuh. Hal tersebut membuat kebebasan memilih bagi kaum perempuan secara tidak langsung telah dirampas.
Karier, pendidikan, sikap, bahkan cara berpakaian sejatinya merupakan kebebasan kita untuk memilih. Namun karena adanya standar yang melekat tersebut, akhirnya timbullah hal-hal toxic untuk kaum perempuan yang biasa disebut toxic femininity. Keberadaan toxic femininity ini menyebabkan kaum perempuan kehilangan kesempatan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Bukan karena kurang mampu, namun karena adanya rasa takut mendapatkan penghakiman dari masyarakat sekitar jika jalan yang dia pilih tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini berakibat pada hilangnya rasa percaya diri yang seharusnya dimiliki oleh setiap perempuan.
Oleh karena itu, penting rasanya bagi kaum perempuan untuk mengetahui toxic femininity ini agar kita bisa bersama-sama mematahkan standar yang telah lama mengikat ini. Mengutip Study Breaks, toxic femininity merupakan standar yang dianggap normal oleh masyarakat luas sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh perempuan. Konsekuensi jika standar ini tidak dipenuhi adalah adanya penghakiman, rasa tertekan, hingga hilangnya rasa percaya diri.
http://m.harianmomentum.com/read/40058/harian-momentum-edisi-29-maret-2022
POST TEBARU
- Menilik Kualitas Pendidikan Terhadap Kebijakan Inovasi Kurikulum
- HENTIKAN PRAKTIK KECURANGAN,SONGSONG KEBERHASILAN PESTA PEMILU 2024
- Kontribusi Mahasiswa dalam Menyongsong Pemilu yang Berkualitas
- Bimbingan Mahasiswa: Pilar Utama Kesehatan Mental di Tengah Tekanan Akademis dan Tantangan Kehidupan
- Membentuk Generasi Unggul: Mahasiswa Calon Pendidik Yang Berkualitas