Netizen Indonesia Rendah Literasi

Tanggal : 27 Apr 2021

Ditulis oleh : Azizah Rizka Wahyuningtyas

Disukai oleh : 0 Orang

Netizen atau yang bisa disebut warganet adalah orang-orang yang aktif di dunia internet. Sudah tidak asing lagi di telinga kita jika netizen Indonesia sering membuat onar dan mudah dipengaruhi oleh hoax. Hal tersebut bukan tanpa sebab. Sebab utamanya adalah netizen Indonesia memiliki minat literasi yang rendah.
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat indonesia sangat rendah yaitu hanya 0,001%, data ini sungguh memprihatinkan karena dari 1000 orang hanya 1 orang yang rajin membaca. Namun hal ini berbanding terbalik dengan  minat menulis netizen di berbagai platform sosial media. Menurut data wearesocial warga indonesia menatap layar tidak kurang dari 9 jam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa netizen indonesia sangatlah aktif di dunia internet. Mereka senang memposting berbagai aktivitas  dan juga mengomentari berbagai hal yang ada di sosial media 
Literasi merupakan hal penting untuk modal menulis. Kita harus membaca dari berbagai sumber agar dapat menulis data yang akurat. Namun nyatanya netizen indonesia malas membaca. Fasilitas membaca dan gerakan literasi bukannya tidak pernah difasilitasi oleh pemerintah. Peringkat insfratruktur Indonesia di bidang literasi bahkan lebih tinggi dari negara-negara di Eropa. Namun nyatanya dengan fasilitas yang memadai bahkan sangat nyaman pun belum mampu meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk mengunjungi perpustakaan. Nyatanya perpustakaan sering sekali terlihat sepi.
Jangankan buku, seringkali netizen dalam membaca berita hanya dari judulnya tanpa membaca lengkap isinya. Hal ini tentunya menyebabkan informasi tidak tersampaikan sepenuhnya pada pembaca. Opini pembacapun cenderung mudah untuk digiring hanya dengan judul yang provokatif. Mirisnya netizen dengan mudahnya akan mengomentari sesuatu hanya dari judulnya saja. Bahkan tak jarang komentar tersebut berupa ujaran kebencian.
Memang mengerikan jika malas membaca dikombinasikan dengan suka memberi komentar. Netizen indonesia akan sangat mudah dipengaruhi oleh hoax dan provokasi. Komentar yang tertulis di sosial media cenderung tidak akan sesuai dengan data dan fakta melainkan hanya bersumber dari asumsi pembaca. Di lapangan dapat dilihat bahwa netizen akan lebih percaya dengan komentar orang awam yang tidak memiliki kapasitas apapun daripada pendapat ahli. Netizen cenderung percaya karena merasa senasib dengan komentar orang awam padahal pernyataan tersebut belum tentu sesuai dengan kenyataan.
Bukan hanya perihal komentar, bahkan dalam menyebarkan berita pun seringkali netizen tidak mengecek terlebih dahulu apakah isi berita tersebut benar atau tidak. Hanya bermodalkan cocoklogi netizen akan mudahnya menyebarkan hoax. Yang lebih memprihatinkan lagi netizen lebih suka membaca berita dari media-media fake karena judul yang bombastis dibanding dengan media yang valid. Kini seakan-akan fakta akan sangat mudah dibantah oleh netizen karena mereka hanya mempercayai apa yang ingin mereka percaya.
Fakta dan data seakan hanya omong kosong bagi sebagian netizen Indonesia. Mereka hanya ingin mengkritik bahkan menghujat sesuatu berdasarkan kepercayaan mereka terhadap sesuatu tanpa mengecek terlebih dahulu faktanya. Hal ini menyebabkan komentar netizen indonesia terkadang tidak pantas. Bahkan netizen Indonesia diberi label paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Sudah sepatutnya problematika ini kita atasi bersama. Pemerintah sudah mencoba memfasilitasi masyarakat agar mudah melakukan literasi. Sekarang giliran kita sebagai masyarakat memulai kegiatan membaca. Minimal membaca postingan hingga selesai sebelum memberi komentar dan mulai mengkroscek berita sebelum membagikannya kepada orang lain. Jangan sampai netizen akan sekedar menjadi tong kosong nyaring bunyinya.

Koran Harian Momentum

https://drive.google.com/file/d/1X6BOPwr-6h0FQCNpG0XaIj-RV1L2kJmn/view?usp=drivesdk




POST TERKAIT

POST TEBARU